Friday, January 7, 2011

Perjalanan Kopi

I orchestrate my mornings to the tune of coffee. ~Harry Mahtar

Kopi.
Susu.
Gula.
Krimer.
Manis.
Pahit.

Waktu kecil saya dilarang minum kopi, nanti tidak bisa tidur kata papi.

Waktu agak besar boleh minum es kopi sedikit, nyicip punyanya mami di kedai kopi tak kie. Lupa rasanya seperti apa.

Waktu beranjak remaja sekolah di tempat yang memaksa saya minum kopi supaya bisa belajar sampai larut. Minumnya tentu kopi instan yang manis.

Waktu kuliah, kopi adalah kebutuhan, bukan karena hobi. Kopinya masih kopi instan, murah dan praktis.

Waktu awal-awal bekerja, mau tidak mau minum kopi supaya melek terus-terusan. Kali ini biji kopi asli yang digiling diacak-acak dan dikeluarkan dari mesin peracik kopi sungguhan di kantor.

Sekarang? masih minum kopi bila perlu saja. Kopinya kopi tubruk beli di aceh, tanpa susu, gula, krimer.

Konon kata seorang kenalan, bila kau tambahkan gula/susu/krimer ke dalam kopi maka rasanya akan menjadi rusak. Dulu lidah masih bisa dibohongi dengan rasa manis sehingga rasa kopinya hanya samar-samar. Kini, pekatnya kopi menyeruak dan wanginya semerbak itu yang dicari. Dan tentunya efek membuat mata nyalang sampai beberapa jam.

Apa mungkin kalau sudah besar kemampuan menyesap kopi pahit itu berbanding lurus dengan kemampuan menyerap rasa sakit ya?

No comments: